PROPOSAL
PENGARUH FILTRAT
BIJI ALPUKAT SEGAR (Persea americana
semen)
TERHADAP KADAR
GLUKOSA DARAH HEWAN COBA TIKUS PUTIH
JANTAN (Rottus
novergicus) STRAIN WISTAR YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Diajukan oleh :
KHUSNIA MARDIATIN
NIM : 11.9.3.023
PROGRAM STUDI
FARMASI (DIII)
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS
NAHDLATUL WATHAN
MATARAM
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LatarBelakang
Glukosa adalah gula
sederhana (monosakarida) yang berfungsi sebagai sumber utama energi di dalam
tubuh. Glukosa adalah gula utama yang dibuat tubuh. Tubuh membuat glukosa dari
protein, lemak dan terutama karbohidrat. Glukosa dihantarkan ke setiap sel melalui aliran darah. Namun, sel-sel itu tidak dapat
menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin
(Lanywati,
2001).
Glukosa merupakan sumber karbon untuk sintesis
sebagian besar senyawa yang diperlukan
sel. Sumber glukosa dapat diperoleh secara eksogen (makanan) dan endogen (organ
hati). Sumber glukosa yang berasal dari
makanan masuk melalui mulut kemudian di cerna di usus dan selanjutnya diserap
menuju ke aliran darah. Organ hati merupakan pusat metabolisme glukosa yang
mengatur kebutuhan glukosa untuk diteruskan ke sel-sel tubuh jika dibutuhkan (Lanywati,
2001).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kelainan
metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. (Prapti dkk, 2005).
Berbagai pengobatan
untuk mencegah dan mengatasi diabetes telah dikembangkan, termasuk pula
penggunaan berbagai macam herbal. Pengobatan dengan herbal atau ramuan
tradisional merupakan alternatif
terbaik, hal ini disebabkan karena
harga ramuan tradisonal lebih murah, mudah diperoleh, dan mudah
diolah sendiri. Salah satu herbal atau
tanaman berkhasiat obat yang diyakin oleh masyarakat dapat menurunkan kadar
glukosa darah adalah Biji Alpukat (Persea
americana Mill.)
(Soeryoko,
2011).
Alpukat merupakan
buah yang banyak digemari oleh masyarakat indonesia. Umumnya alpukat memiliki
daging buah berwarna hijau kekuningan dengan biji ditengahnya berwarna
kecoklatan. Dalam dunia pengobatan alpukat telah banyak digunakan sebagai obat
untuk mengobati berbagai macam penyakit. Daging buahnya bisa mengurangi rasa
sakit dan mengobati sariawan. Daun buah alpukat biasa digunakan menurunkan
darah tinggi dan mengobati batu ginjal. Selain buah dan daunnya, biji buah alpukat juga bisa
digunakan untuk mengurangi kadar gula dalam darah (Dalimartha
dkk, 2012).
Kandungan biji
alpukat salah satunya adalah tanin yang dapat menghambat absorpsi karbohidrat
(Soeryoko, 2011)
Penelitian
ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian filtrat biji alpukat (Persea americana Mill.) dapat
menurunkan kadar glukosa darah dari tikus putih yang diberi beban glukosa.
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai dasar pemikiran bahwa biji alpukat (Persea americana Mill.) dapat digunakan
sebagai obat alternatifuntuk Diabetes Mellitus dengan biaya yang lebih murah.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasaarkan latar belakang tersebut, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh filtrat biji alpukat segar terhadap glukosa
hewan coba tikus putih yang diinduksi aloksan?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh filtrat biji alpukat segar
terhadap glukosa hewan coba tikus putih yang diinduksi aloksan.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Mengukur
kadar glukosa darah tikus putih sebelum diinduksi aloksan
2.
Mengukur
kadar glukosa darah tikus putih setelah diinduksi aloksan
3.
Mengidentifikasi
adanya pengaruh filtrat biji alpukat segar terhadap kadar glukosa darah
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Hasil
penelitian dapat membuktikan adanya pengaruh filtrat biji alpukat terhadap
kadar glukosa darah
2.
Hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk penelitian
lebih lanjut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Diabetes
Mellitus
2.1.1
Definisi
Diabetes Mellitus
adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan menurunnya hormon insulin yang
diproduksi oleh kelenjar pankreas. Penurunan hormon ini mengakibatkan seluruh
gula (glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses secara sempurna,
sehingga kadar glukosa di dalam tubuh akan meningkat
(Prapti dkk, 2005).
Diabetes Mellitus
adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa didalam darah tinggi karena tubuh
tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara sempurna . Insulin
adalah hormon yang dilepaskan oleh Pankreas, merupakan zat utama yang
bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat (Tjokoprawiro,
1989).
Diabetes mellitus
adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon yang mengakibatkan sel-sel
dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa dari darah. Penyakit ini timbul ketika
di dalam darah tidak terdapat cukup insulin atau ketika sel-sel tubuh kita
dapat bereaksi normal terhadap insulin dalam darah.
2.1.2
Penyebab
Diabetes Mellitus
Penyebab
diabetes mellitus adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam
tubuh atau terjadinya gangguan fungsi insulin, yang sebenarnya jumlahnya cukup (Prapti
dkk, 2005).
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan diabetes mellitus, yaitu sebagai berikut
(Prapti dkk, 2005) :
1.
Genetik atau Faktor Keturunan
Para ahli kesehatan menyebutkan bahwa
sebagian besar diabetisi memiliki riwayat keluarga penderita diabetes mellitus.
Penderita diabetes mellitus yang sudah dewasa lebih dari 50% berasal dari
keluarga yang menderita diabetes mellitus. Kelompok penderita lainnya hanya
sekitar 15% yang memiliki riwayat keluarga diabetes mellitus. Dengan begitu
dapat dikatakan bahwa diabetes mellitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan (Prapti
dkk, 2005).
2.
Virus dan Bakteri
Virus yang diduga menyebabkan diabetes
mellitus adalah rubela, mumps, dan human
coxsackievirus B4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus dapat
menyebabkan diabetes mellitus melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel
beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Diabetes mellitus
akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga
bakteri cukup berperan menyebabkan diabetes mellitus (Prapti dkk, 2005).
3.
Bahan Toksik atau Beracun
Ada beberapa bahan toksik yang mampu
merusak sel beta secara langsung yakni aloksan, pirinuron (rodentisida), dan
streptozotocin (produk dari sejenis jamur). Bahan toksik lain berasal dari
cassava atau singkong (Prapti dkk, 2005).
4.
Nutrisi
Diabetes
mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan nutrisi, baik sebagai
faktor penyebab maupun pengobatan. Nutrisi yang berlebihan merupakan faktor
risiko pertama yang diketahui menyebabkan diabetes mellitus (Prapti dkk, 2005).
2.2
Glukosa
2.2.1
Definisi
Glukosa merupakan
disebut juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di
alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah,
sirup jagung, sari pohon, dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Tubuh
hanya dapat menggunakan glukosa dalam bentuk dekstro. Glukosa merupakan hasil
akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada
hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk
karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel
merupakan sumber energi. Dalam keadaan normal sistem syaraf pusat hanya dapat
menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Glukosa dalam
bentuk bebas hanya terdapat dalam jumlah terbatas dalam bahan makanan. Glukosa dapat
dimanfaatkan untuk energi tinggi. Tingkat kemanisan
glukosa hanya separuh sukrosa, sehingga dapat digunakan lebih banyak untuk tingkat
kemanisan yang sama
(Hermono, 1999)
Ada beberapa fungsi
glukosa di dalam tubuh antara lain (Edward., 1986)
:
1.
Sumber
tenaga dan energi gerak
2.
Sumber
energi spesifik bagi sel otak dan jaringan syaraf
3.
Berfungsi
dalam pembentukan protein dan juga lemak
2.2.2
Hormon
yang mempengaruhi kadar glukosa darah
Glukosa
darah berada dalam keseimbangan dan yang mengatur glukosa darah secara hormonal
yaitu :
1. Hormon Insulin
Hormon insulin mempunyai peranan sentral
dalam pengaturan konsentrasi glukosa darah. Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel
beta pada pulau-pulau Langerhans pankreas sebagai reaksi langsung terhadap
keadaan hiperglikemia. Konsentrasi glukosa darah menentukan aliran lewat
glikolisis, siklus asam sitrat dan pembentukan ATP (Prapti, 2005)
Hormon
Insulin yaitu hormon yang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Glukosa dapat meningkat
dalam waktu beberapa menit setelah makan dan kadarnya kembali menurun ke nilai
dasar dalam waktu tiga jam. Insulin menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan transport glukosa ke dalam sel dan melalui glikogenesis (Price dan
Wilson., 2006)
Sekresi insulin pada orang sehat dapat
mengimbangi jumlah asupan makanan yang bermacam-macam dengan latihan fisik.
Sebaliknya, pada orang yang mendertia diabetes tidak mampu mensekresi jumlah
insulin yang cukup untuk mempertahankan euglikemia, akibatnya kadar glukosa
darah meningkat tinggi sebagai respons terhadap makanan dan tetap tinggi pada
keadaan puasa (Price dan Wilson., 2006).
2. Hormon
Tiroid
Hormon tiroid sebagai hormon yang
mempengaruhi glukosa darah. Terdapat bukti-bukti experimental bahwa tiroksin
mempunyai kerja diabetogenik dan tindakan tiroidektomi dapat menghambat
perkembangan diabetes. Kadar glukosa puasa meningkat pada pasien yang mengalami
hipertiroid dan menurun pada pasien yang mengalami hipertiroid. Pasien
hipertiroid mengalami peningkatan kemampuan dalam menggunakan glukosa sedangkan
pasien hipotiroid mengalami penurunan kemampuan dalam menggunakan glukosa (Murray
dkk., 2003).
3. Hormon
Glukagon
Glukagon berfungsi meningkatkan pemecahan
glikogen hati / glikogenolisis dan bersama insulin bertindak dalam pengaturan
glukosa darah (Murray dkk., 2009).
Glukagon
merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel-sel alfa
pada pulau-pulau
Langerhans pankreas. Sekresinya dirangsang oleh keadaan hipoglikemia. Pada saat
mencapai hati (lewat vena porta), hormon glukagon menimbulkan glikogenolisis
dengan mengaktifkan enzim fosforilase. Sebagian besar glukagon endogen dan
insulin dibersihkan darisirkulasi darah oleh hati. Glukagon juga meningkatkan
glukoneogenesis dari asam amino dan laktat (Ruslianti, 2008)
4. Hormon
Ephinefrin
Hormon epinephrin di sekresi oleh medulla
adrenal sebagai akibat dari rangsangan yang menimbulkan strees (ketakutan,
kegembiraan, perdarahan, hipoksia, hipoglikemi dan lain-lain) serta menimbulkan
glikogenolisis di hati serta otot (Murray dkk., 2009).
5. Hormon Glukokotikoid / Kortisol
Glukokortikoid di sintesa oleh korteks
adrenal yang berfungsi untuk meningkatkan glukoneogenesis dan menurunkan respon
rangsangan insulin terhadap jaringan otot dan lemak. Pembentukan dan
pengeluaran glukokortikoid di kontrol oleh jenjang sinyal syaraf dan endokrin.
Glukokortikoid memiliki banyak efek yang mempengaruhi sebagian besar jaringan
di dalam tubuh yang secara keseluruhan mendorong kelangsungan hidup saat
organisme mengalami stres (Murray dkk., 2009).
6. Hormon
Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis anterior, sekresi hormone pertumbuhan dirangsang oleh
hipoglikemia. Fungsi growth hormon adalah antagonis terhadap isulin, mengambat
glikolisis dan pengambilan glukosa oleh sel otot. Insulin merupakan hormon yang
menurunkan kadar glukosa, sedangkan yang meningkatkan adalah glukoagon,
epinefrin, Glukokortikoid, dan growth hormon. Gukagon, epinefrin,
glukokortikoid dan growth hormon
membentuk suatu mekanisme regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia
akibat pengaruh insulin (Murray dkk., 2009).
2.3
Aloksan
2.3.1
Definisi
Aloksan merupakan
bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi binatang percobaan untuk
menghasilkan kondisi diabetik eksperimental (hiperglikemik) secara cepat dengan
cara merusak sel-sel penghasil insulin pada pankreas (Hadyana, 2002).
Aloksan terdapat
dalam tiga bentuk senyawa yaitu aloksan anhidrat, aloksan monohidrat, dan
aloksan tetrahidrat. Aloksan mudah larut dalam air; dalam air panas larutan
berwarna kuning dan menjadi tidak berwarna dengan pendinginan; dalam larutan
air setelah terkena kulit dalam beberapa waktu akan berwarna merah (Budavari,
2001).
Aloksan menjalankan aksi diabetogeniknya
ketika obat ini diberikan secara parenteral, intravena, intarperitonium dan
subkutan. Dosis aloksan yang dibutuhkan untuk menginduksi diabetes tergantung
pada jenis spesies, status gizi dan jalur pemberian. Islet pada manusia lebih
resisten terhadap aloksan daripada islet tikus. Dosis obat yang paling sering
digunakan secara intravena untuk menginduksi diabetes pada tikus adalah dosis
65 mg/kg BB. Jika aloksan diberikan secara intraperitonial atau subkutan maka
dosis yang diberikan 150 mg/kg (Hasbi, 2013).
Mekanisme kerja
aloksan dalam merusak sel ß pankreas menunjukkan bahwa aloksan merupakan agen
oksidator kuat yang menghasilkan radikal bebas dalam jumlah besar sehingga
menimbulkan keadaan stres oksidatif. Stres oksidatif merupakan keadaan dimana
terjadi ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas (prooksidan) dengan
antioksidan. Sehingga keadaan ini dapat mengakibatkan rusaknya sel ß pankreas
yang mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah dan terjadi hiperglikemia (Hasbi,
2013).
2.4
Alpukat
2.4.1
Sejarah
Alpukat (Persea americana Mill) berasal dari Meksiko dan Amerika
Tengah dan kini banyak
dibudidayakan di Amerika Selatan dan Amerika Tengah sebagai tanaman perkebunan sebagai
tanaman pekarangan di daerah-daerah tropika lainnya di dunia (Kalie, 1997)
Buahnya bertipe buni, memiliki kulit lembut tak rata berwarna hijau tua hingga
ungu kecoklatan, tergantung pada varietasnya. Daging buah apokat berwarna hijau
muda dekat kulit dan kuning muda dekat biji, dengan tekstur lembut. Alpukat
masuk ke Indonesia sekitar abad ke-18 (Kalie, 1997).
Pohon dengan batang
mencapai tinggi 20 m dengan daun sepanjang 12 hingga 25 cm. Bunganya
tersembunyi dengan warna hijau kekuningan dan ukuran 5 hingga 10 milimeter.
Ukurannya bervariasi dari 7 hingga 20 sentimeter, dengan massa 100 hingga 1000
gram; biji yang besar, 5 hingga 6,4 sentimeter
(Kalie, 1997).
Alpukat memiliki banyak manfaat. Batang pohonnya dapat
digunakan sebagai bahan bakar. Kulit pohonnya digunakan sebagai pewarna warna
cokelat pada produk dari bahan kulit. Daging buahnya dapat dijadikan hidangan
serta menjadi bahan dasar untuk beberapa produk kosmetik dan kecantikan. Selain itu, daging buah apokat untuk
mengobati sariawan dan melembabkan kulit yang kering. Daun apokat digunakan
untuk mengobati kencing batu, darah
tinggi, sakit
kepala, nyeri saraf, nyeri lambung, saluran napas membengkak dan menstruasi yang tidak teratur. Bijinya digunakan dalam industri
pakaian sebagai pewarna yang tidak mudah luntur, selain itu bijinya juga dapat
digunakan untuk mengobati sakit
gigi dan kencing
manis (Soeryoko, 2011).
Biji buah alpukat
mengandung alkaloid, tanin, triterpen dan kuinon. Kandungan kimia buah dan
daunnya adalah saponin, alkaloid dan flavonoid. Buah juga mengandung tanin,
sedangkan daun mengandung polifenol, kuersetin, dan gula alkohol persit.
Khasiat lain tumbuhan ini diantaranya untuk mengobati sariawan, sebagai
pelembab, mengobati kencing batu, darah tinggi, nyeri syaraf, nyeri lambung,
saluran nafas membengkak, menstruasi tidak teratur, dan sakit gigi (Hasbi,
2013).
2.4.2
Klasifikasi
Klasifikasi lengkap tanaman
alpukat adalah sebagai berikut
(Karina, 2012) :
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Varietas : Persea americana
Mill
2.4.3
Jemis Jenis Alpukat
Berbagai tipe
alpukat telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Penyebaran itu
termasuk keturunannya, baik keturunan dari hasil persarian sendiri maupun
persarian silang alamiah antar tiga kelompok. Sampai tahun 2003 telah
dilepas 7 varietas alpukat, sebagai berikut (Kalie, 1997) :
1.
Alpukat
Ijo Bundar
Alpukat ini berasal dari kebun Koleksi Tlekung, Batu,
Malang. Varietas ini berbuah terus menerus, tergantung lokasi dan kesuburan
tanah. Selain itu gugur buah sedikit. Berat buah mencapai 300-400 g/buah,
diameternya 7,5 cm dengan panjang buah 9 cm. Permukaan kulit buah licin,
berbintik kuning dengan tebal 1 mm. Bentuk buah lonjong atau oblong, berujung
bulat dan pangkal buah tumpul. Buah muda kulitnya hijau muda yang berangsur tua
saat matang. Daging buah tebal, berwarna kuning hijau, citarasa enak, gurih,
dan kering. Bentuk biji jorong dengan ukuran 4 cm x 5,5 cm. Dilepas pada
tahun 1987 oleh Mentan dengan SK No. 15/Kpts/TP.240/I/1987
(Kalie, 1997).
2.
Alpukat
Ijo Panjang
Varietas ini bentuk buahnya menyerupai buah pir. Ujung
buah tumpul sedangkan pangkal buahnya runcing. Buah berbobot antara 300-500
g/buah. Kulit buah berwarna hijau, permukaannya licin berbintik kuning dan
tebalnya 1,5 mm. Saat muda kulit buahnya hijau muda dan setelah matang menjadi
hijau tua merah. Diameter buah 6,5-10 cm dan panjang 11,5-18 cm. Daging tebal
berwarna kuning, rasanya enak, gurih, serta agak lunak. Bijinya berbentuk
jorong dan berukuran 4 cm x 5,5 cm. Dilepas pada tahun 1987 oleh Menteri
Pertanian dengan SK No. 16/Kpts/TP.240/1987 (Kalie, 1997).
3.
Alpukat Merah Bundar
Varietas ini berbuah terus menerus, tergantung lokasi dan
kesuburan tanah. Selain itu gugur buah sedikit. Berat buah mencapai 0,3-0,4
kg/butir, diameter buah 7,5 cm, dan panjang buah 9 cm. Permukaan kulit buah
licin, berbintik kuning dengan tebal 1 mm. Bentuk buah lanjong atau oblong,
berujung bulat dan pangkal buah tumpul. Buah muda kulitnya merah coklat. Daging
buah tebal, berwarna kuning hijau, citarasa enak, gurih, dan agak kering.
Bentuk biji jorong dengan ukuran 4 cm x 5,5 cm (Kalie, 1997).
4.
Alpukat
Merah Panjang
Varietas ini bentuk buahnya menyerupai buah pir. Ujung
buah tumpul sedangkan pangkal buahnya runcing. Bobot buah antara 300-500 g/buah
dengan kulit hijau, permukaannya licin berbintik kuning dan tebalnya 1,5 mm.
Saat muda, kulit buahnya hijau merah coklat dan setelah matang menjadi merah
hitam. Diameter buah 6,5-10 cm dan panjang 11,5-18 cm, dengan daging buah
tebal, berwarna kuning, rasa enak, gurih, serta agak lunak. Biji
berukuran 4 cm x 5,5 cm (Kalie, 1997).
5.
Alpukat
Mega Gagauan
Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika pada tahun
2003 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
521/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat Mega Gagauan memiliki keunggulan produksi
tinggi, bentuk buah bulat, ukuran buah besar, daging buah tebal berwarna
kuning, agak pulen, permukaan agak halus, kulit buah kemerahan, dan berpotensi
untuk mengangkat serta memperkenalkan buah unggul daerah kepada khalayak yang
lebih luas. Selain itu, alpukat Mega Gagauan mempunyai ciri berbuah terus
menerus, berat buah mencapai 600-800 g/buah, warna daging buah kuning. Bentuk
buah agak bulat (pangkal dan ujung agak membulat). Panjang buah 12,5-17,5 cm,
diameter buah 11,5-15,5 cm, tebal kulit buah 1 mm dengan tebal daging buah
1,9-2,1 cm. Daging buah rasanya manis pulen, kadar protein 1,49%, dan
kadar lemak 6,41%. Produksi buah/pohon 220-230 buah (140-175 kg)/tahun
(Kalie, 1997).
6.
Alpukat
Mega Murapi
Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika tahun 2003
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 519/Kpts/PD.210/10/2003.
Alpukat Mega Murapi memiliki keunggulan produksi tinggi, bentuk buah bulat
lonjong, ukuran buah besar, daging buah tebal berwarna mentega, pulen,
permukaan kulit kasar, warna kulit buah hijau tua, berpotensi untuk
diperkenalkan dan diangkat sebagai buah unggul daerah kepada khalayak yang
lebih luas. Selain itu, alpukat Mega Murapi mempunyai ciri berbuah terus
menerus, berat buah mencapai 400-600 g/buah, warna daging buah kuning mentega.
Bentuk buah agak bulat (pangkal dan ujung agak membulat). Panjang buah 13-17
cm, diameter buah 10-14 cm, tebal kulit buah 1 mm dan tebal daging buah 1,9-2,1
cm. Daging buah rasanya manis pulen, kadar protein 1,37%, dan kadar lemak
7,58%. Produksi bisa mencapai 350-450 buah /pohon (180-225 kg)/tahun
(Kalie, 1997).
7.
Alpukat
Mega Paninggahan
Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika pada tahun
2003 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
520/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat Mega Paninggahan memiliki keunggulan produksi
tinggi, bentuk buah bulat lonjong, ukuran sendang, daging buah tebal berwarna
kuning mentega, pulen, permukaan kulit halus, warna kulit buah merah maron,
berbuah terus menerus, berat buah mencapai 250-400 g/buah, warna daging buah
kuning mentega. Bentuk buah lonjong. Panjang buah 13,5-18 cm, diameter buah
7,5-9 cm, tebal kulit buah 1 mm dengan tebal daging buah 1,8-2,1 cm. Daging
buah rasanya manis pulen, kadar protein 1,16%, dan kadar lemak 7,95%. Produksi
bisa mencapai 880-1000 buah/pohon (300-350 kg)/tahun
(Kalie, 1997).